Soekarno merupakan bapak proklamator kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Soekarno dikenal tidak hanya di arena Nasional tetapi juga di kancah internasional, dengan segala bentuk kelebihan dan kelemahannya, sumbangsih Soekarno terhadap Indonesia sangat luar bisa.
Orang tua soekarno berbeda latar belakang dengannya, dimana ibunya berasal dari Bali dengan menganut agama Hindu, sedangkan bapak dari proklamator kemerdekaan Indonesia itu berasal dari Jawa dengan menganut agama Islam (Kjawean). Dalam tuntutan zaman pada masanya, Soekarno tidak suka dengan ejaan namanya yaitu SOEKARNO karena hal ini di buat oleh orang-orang Belanda terhadap Soekarno sendiri. Ia lebih suka dengan ejaan SUKARNO saja. Waktu masa kecilnya Soekarno ikut dengan kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur kemudian pindah mengikuti ayahnya ke Mojokerto, Jawa Timur, kemudian ia di titipkan kemudian lulus sekolah di kawan ayahnya yang bernama H. umar Said Cokroaminoto yang sekaligus menjadi guru Soekarno.
Baca Juga : "Namaku Karl Marx bukan marxist" ucapan dari seorang penulis buku Markisme atau Komunis
Baca Juga : "Namaku Karl Marx bukan marxist" ucapan dari seorang penulis buku Markisme atau Komunis
Dari sinilah Soekarno mengenal tokoh-tokoh pergerakan pada zaman itu, seperti tokoh Sarekat Islam yaitu Agus Salim dan kawan-kawannya. Dari Surabaya Soekarno kemudian ia kuliah di ITB, selama kuliahnya ia ngekos di Bandung, setelah lulus dari ITB inilah ia mulai aktif di ranah perpolitikan. Jika di Surabaya ia ikut di Jong Java, sedangkan di Bandung Soekarno merintis yang di kenal dengan PNI (Partai Nasional Indonesia). sejak itu pula Soekarno sering keluar masuk penjara, ketika sidang Soekarno dalam pidatonya yang luar biasa dengan judul Indonesia Menggugat. Setelah itu ia keluar kemudian masuk penjara lagi kemudian di asingkan ke Flores, kemudian di pindah ke Bengkulu sampai tahun 42, kemudian ketika Jepang mulai masuk Soekarno di bebaskan.
Marhaenisme merupakan dasar bagi bangsa Indonesia, ujungnya ialah Pancasila, akan tetapi jauh sebelum itu Soekarno telah membangun Ideologi yang namanya Marhaenisme. dan Soekarno sendiri dapat kita bedakan menjadi Soekarno Muda sebagai pemikir, Soekarno Tua sebagai Politikus. Yang jelas jika berbicara Soekarno kita tidak lupa dengan karakter pemikiran Soekarno ialah Pemersatu, dalam hal ini kita harus bersatu jangan sampai ada perpecahan diantara bangsa Indonesia, apapun yang terjadi jangan sampai kita terpecah, kemudian anti imperialisme, yaitu jangan sampai ada penjajah dan jangan mau di jajah oleh negara-bangsa apapun, ciri yang ketiga merupakan sosialisme yaitu ketidak berpihakan kepada elit, tidak kepada penguasa akan tetapi berpihak kepada rakyat, dalam hal ini ialah kesejahteraan bersama, kemudian ialah Nasionalisme, Nasionalisme ini merupakan yang utama diantara lainnya, dalam hal ini juga di dalam gagasan-gagasan Soekarno tidak lepas dari rasa Nasionalisme.
Sebagai pemikir Soekarno mempunyai basis teoritis tersendiri dari tokoh-tokoh besar yang salah satunya ialah Mikhail Bakunin. Bakunin merupakan seorang tokoh politik Russia sekaligus sebagai pelopor pemikir anarkisme, bagi Bakunin perjuangan kaum proletar harus di bedakan antara proletar dengan petani maupun pedagang dengan alasan jika kaum proletar sebagai buruh yang tertindas dengan tidak mempunyai alat produksi yang selalu mengikuti majikannya, sedangkan petani mempunyai alat produksi seperti cangkul, kemudian untuk pedagang sangat jelas seorang pedagang mempunyai suatu material untuk di jual dan rata-rata mempunyai warung dan sejenisnya. Jadi dalam hal konsep proletar, petani dengan pedagang tidak masuk. Dari pemikiran inilah Soekarno mengambil konsep Marhaenisme bukan lagi proletar bukan lagi buruh.
Marhaenisme merupakan paham nasionalisme yang memihak kepada rakyat yang merdeka, tidak bekerja menjual tenaga dan pikirannya kepada majikannya, tetapi berjuang demi nasibnya sendiri. (Disinilah letak perbedaan antara Marhaenisme dengan Proletar).
Sedikit cerita
Pada suatu pagi hari seorang laki-laki yang sedang bersepeda melewati hijau dan luasnya persawahan, kemudian laki-laki tersebut melihat salah seorang petani yang sedang mencangkul di bagian persawahannya, petani itu kelihatan lelah dan susah, kemudian laki-laki tersebut menghampirinya, lalu ditanya.
Laki-laki : Permisi Pak.
Petani : Ow Iya Pak.
Laki-laki : Ini apakah sawah Bapak sendiri?.
Petani : O ia pak. sawah saya sendiri. Tak garaf-garaf sendiri tapi tetep saja hidup ku begini-gini saja, sumpek. tetep susah pak.
Laki-laki : kalau boleh tau nama bapak siapa ya ?.
Petani : Marhaen.
Kemudian dari sini Soekarno mendapatkan inspirasi munculnya Marhaenisme.
Beberapa orang menyebut latar belakang dari Marhaenisme ini berasal dari nama salah satu seorang petani yang ada di Bandung, dalam hal ini juga beberapa orang menyebut cerita ketika Soekarno yang sedang bersepeda di daerah persawahan kemudian bertemu dengan seorang petani dan kemudian bercakap-cakap seperti yang di ceritakan di atas, beberapa orang menyebutkan kejadian tersebut adalah fiktif. Di samping itu juga beberapa orang menyebutkan bahwasanya Marhaenisme itu singkatan dengan kepanjangannya MARX, HEGEL, LENIN.
Dari paham Marhaenisme juga terciptanya Sosialis Indonesia. Dimana Sosialis Marx dengan Soekarno berbeda, jika sosialis Marx mengacu pada konsep kaum proletar (Buruh) yang tidak mempunyai alat produksi (selalu nurut kepada majikannya) sehingga membuat kaum roletar tersebut semakin susah sedangkan si majikan semakin kaya, inilah yang di sebut juga dengan kapitalis.
ASAS MARHAENISME
Asas Marhaenisme ada tiga diantaranya ialah :
1. SOSIO NASIONALISME (nasionalisme yang berperi kemanusiaan).
Dimana asas ini di pakai ketika berjuang, misalnya ketika waktu masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahwa rasa mencintai dan memiliki tanah air Indonesia, sekaligus kesadaran sebagai bagian dari bangsa-bangsa di dunia ini, sehingga kita harus menghormati kemerdekaan tiap-tiap bangsa yang ada.
2.SOSIO DEMOKRASI (demokrasi politik dan demokrasi ekonomi/demokrasi yang berorientasi pada keadilan sosial).
Ini digunakan setelah kemerdekaan republik Indonesia. Dimana demokrasi politik memberikan kebebasan dibidang politik bagi rakyat untuk menentukan pilihannya, dan juga demokrasi ekonomi yang melindungi prekonomian rakyat secara menyeluruh, dimana rakyat berhak bekerja dan hidup yang layak.
3.SOSIO KETUHANAN YANG MAHA ESA (dimensi religiusitas bangsa Indonesia).
kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan jiwa bangsa ini, sejak sebelum masuknya agama-agama nusantara.
“Menurut Soekarno tiga asas inilah yang menjadi khas negara-bangsa Indonesia”.
“Sadar akan identitas sebagai bangsa Indonesia, sadar akan kebebasan berpendapat, berekspresi maupun ber-kehidupan yang layak, dan negara-bangsa yang religius”.
“Menurut Soekarno ketiga asas ini harus seimbang, dimana tidak hanya nasionalis saja nantik jatuhnya fasis totaliter seperti Adolf Hitler (Nazi), kemudian tidak hanya demokrasi nantik jatuhnya bisa-bisa liberal seperti yang sudah di kritik oleh Soekarno yang di jelaskan di atas, yang kemudian untuk mengontrol dan mengendalikan dari fasisme dan liberal ini ialah religiusitas (prinsip-prinsip moral dan keagamaan)”.
Seperti apa Nasionalisme di mata Soekarno?
Nasionalisme adalah suatu itikad, suatu keinsyafan (kesadaran) rakyat, bahwa rakyat itu adalah satu golongan, satu bangsa. (walaupun berbeda-beda daerah, tradisi-budaya, agama, ras kita tetap satu bangsa Indonesia).
إرسال تعليق