Si Nasib ?


Masih tulisan karya Emha ainun nadjib.

Teman saya, seorang pemikir, bilang bahwa yang
disebut nasib itu tidak ada. Ketentuan Tuhan itu nonsens. Tidak ada sesuatu yang berasal dari sono- nya. Yang ada ialah sistem yang mengatur
kehidupan manusia, yang dibikin oleh manusia itu
sendiri, dan segala sesuatu adalah hasil atau akibat
dari sistem itu. Misalnya ada orang tertubruk truk. Itu bukan nasib
sial. Itu terjadi karena adanya sistem transportasi
modern. Atau tiba-tiba ada kawan yang meminjami
uang ketika Anda butuh. Itu bukan kebetulan. Bukan fortune. Itu terjadi karena sejak semula manusia membikin sistem perhubungan sosial yang
memungkinkan seseorang menolong lainnya. Saya pikir, betul juga. Tapi juga tidak betul sepenuhnya. Kalau Anda mengocok kartu domino, Anda tak bisa
menentukan formasi kartu macam apa yang
diperoleh seorang pemain. Manusia hanya
mengerjakan kocokan, tapi kehendak dalam kocokan itu bukan milik manusia. Pun bagaimana
permainan berputar. Ada rumus-rumus tertentu, tapi
meskipun kartu Anda bagusnya kayak apa, kalau
putarannya tak menguntungkan, Anda akan kalah
juga. Biar kartu buruk, bisa saja ndilalah balok 6 bisa keluar juga. Atau dalam sepak bola. Anda bisa selenggarakan coaching bagaimana teknik kerja sama, keterampilan individu, atau apa
pun. Tapi, coba perhatikan: ke mana bola berlari?
Kalau larinya bola sepanjang permainan itu Anda
gambar, maka hasil gambar itu tak bisa dari semula
Anda rancang. Ada sesuatu yang lain yang ikut
menentukan. Jadi hidup ini disahami oleh usaha manusia dan
juga ketentuan Yang Mahakuasa. Itu memang
ketentuan Beliau. Manusia diberi peluang untuk
menggunakan otoritas sebatas kemampuannya.
Ada garis nangsib, dan ada ruang usaha manusia. Anda ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi seorang
lelaki normal. Tapi kepergian Anda ke Sanggrahan
tentulah bukan kehendak-Nya. [] Secangkir Kopi Jon Pakir. BandungTeman saya, seorang pemikir, bilang bahwa yang
disebut nasib itu tidak ada. Ketentuan Tuhan itu nonsens. Tidak ada sesuatu yang berasal dari sono- nya. Yang ada ialah sistem yang mengatur
kehidupan manusia, yang dibikin oleh manusia itu
sendiri, dan segala sesuatu adalah hasil atau akibat
dari sistem itu. Misalnya ada orang tertubruk truk. Itu bukan nasib
sial. Itu terjadi karena adanya sistem transportasi
modern. Atau tiba-tiba ada kawan yang meminjami
uang ketika Anda butuh. Itu bukan kebetulan. Bukan fortune. Itu terjadi karena sejak semula manusia membikin sistem perhubungan sosial yang
memungkinkan seseorang menolong lainnya. Saya pikir, betul juga. Tapi juga tidak betul sepenuhnya. Kalau Anda mengocok kartu domino, Anda tak bisa
menentukan formasi kartu macam apa yang
diperoleh seorang pemain. Manusia hanya
mengerjakan kocokan, tapi kehendak dalam kocokan itu bukan milik manusia. Pun bagaimana
permainan berputar. Ada rumus-rumus tertentu, tapi
meskipun kartu Anda bagusnya kayak apa, kalau
putarannya tak menguntungkan, Anda akan kalah
juga. Biar kartu buruk, bisa saja ndilalah balok 6 bisa keluar juga. Atau dalam sepak bola. Anda bisa selenggarakan coaching bagaimana teknik kerja sama, keterampilan individu, atau apa
pun. Tapi, coba perhatikan: ke mana bola berlari?
Kalau larinya bola sepanjang permainan itu Anda
gambar, maka hasil gambar itu tak bisa dari semula
Anda rancang. Ada sesuatu yang lain yang ikut
menentukan. Jadi hidup ini disahami oleh usaha manusia dan
juga ketentuan Yang Mahakuasa. Itu memang
ketentuan Beliau. Manusia diberi peluang untuk
menggunakan otoritas sebatas kemampuannya.
Ada garis nangsib, dan ada ruang usaha manusia. Anda ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi seorang
lelaki normal. Tapi kepergian Anda ke Sanggrahan
tentulah bukan kehendak-Nya. 

Secangkir Kopi Jon Pakir. Bandung: Mizan, 1992: Mizan, 1992

Post a Comment