Arti yang disembunyikan dari MENAATI KEBENARAN


Dimulai dari sebuah pertanyaan sedehana yang mengikat kita sebagai manusia yang punya keyakinan. keyakinan dalam artian bukan iman dalam definisi Agama Islam. Tapi keyakinan yang bersifat realistis dan tersimpan dalam dapur hati yang sangat rahasia dan tidak boleh orang selain kita tahu. pertanyaanya adalah "diman letak kebenaran berada...?"

Pada suatu hari, saya bercerita sedikit. disebuah warung makan kecil pinggir jalan raya depan belokan yang sering berlalu lalang orang lewat dan beberapa kendaraan parkir hanya untuk berhenti  beristirahat di bawah teduhnya pohon tua enggan tumbang, warung makan itu ukurannya tidak lebih dari kamar mandi orang kaya, agak sempit hanya terdapat 2 meja dan 6 bangku kecil berhimpitan, makanan yang disajkan hanya nasi uduk dan gorengan alakadarnya, tapi kalau tiap pagi agak siangan dikit, selalau ramai orang singgah dan menikmati sarapan di warung itu, masakannya enak bahkan beberapa langanannya sampai nambah dua kali, terlepas rakus atau porsi yang di sajikan sedikit, tapi yang jelas nasi wuduknya enak. dan ketika siempunya di tanya apa rahasianya, maka kita akan mendapatkan jawaban "lihat di dapur kami kalau mau tahu apa rahasianya".

Itu sedikit cerita yang enggan dibaca, tapi dari situ ada sebuah kalimat ucapan, kalau rahasia itu ada didapurnya, itulah kebenaaran dan itulah hakekat sebuah ungkapan yang kadang kita tidak menyadari bahwa itu sebuah kebenaran. beberapa kali dalam setiap kesempatan saya selalu mengkampanyekan larangan tentang posting pamer di sosial media, apalagi postingan itu mengenai dapur mereka. padahal itu sebuah rahasia yang tidak harus di publikasikan. dan itu kebenaran yang ada dalam dapur kita, seperti yang saya contohkan tadi mengenai cerita warung makan. Apabila seseorang mengunjungi dapur pemilik warung yang kotor, karena menyatu dengan kamar mandi yang bertumpuk wajan panci hitam  dan masih terdapat sisa masakan, serta minyak bercampur sisa sayuran terbuang bertumpuk di aliran arah ke pembuangan toilet yang permanen terbuat dari adukan semen berwarna abu tua bau pesing bersemilir, ditambah lagi sisa nasi yang dikerumuni lalat tepat di tong sampah penuh pinggiran lubang pembuangan, juga kompor lama bekas servis yang sudah hitam di bagian pinggirannya sedikit berkarat, sendok dan piring berserakan dibawah tanpa ada ruang khusus penyimpanannya. Apakah sarapan pagi kita akan nambah 2 kali setelah tahu dapurnya seperti itu. tapi tetap saja sipemilik warung mempersilahkan untuk melihat dapurnya. tapi yang jelas dapur itu tidak di poto dan di pajang di dinding warung agar kelihatan kotornya, tempat cuci piringnya juga tidak ia poto dan di pajang dalam bingkai warna emas supaya terlihat bersih walau pada kenyataannya kotor.

Saya rasa kesimpulannya sudah di dapat tidak harus berbelit belit seperti buku madilog atau serial film india. kebenaran dan hakekatnya itu ada dalam diri kita ada didapur kita dan tidak harus orang lain tahu, apalagi kita pamer dan merasa bahwa kitalah paling benar, dan di umbar ke hadapan orang ramai serta menjadikan orang jijik karena kepamerannya itu. this should be life (beginilah seharunya hidup) kebenaran itu realita yang terpapar sifat ilahi, kebenaran mutlak kita jaga sebisa kita, kebenaran yang di umbar sama saja mencoreng muka dengan buah picung yang dikubur lama, kebenaran adalah titik koma yang ada di akhir kalimat pembuka dan penutup cerita.


Post a Comment