Sebenarnya saya malas untuk bercerita. Tapi okelah. kalau memang cerita ini akan bermanfaat akan dibentuk sedemikian rupa sehingga api dan cinta akan lebih merekatkan kebiasaan manusia yang selalau berpikir jodoh kumaha kehendak.
Awalnya kematian kelahiran dan jodoh adalah misteri kehidupan manusia. Tuhan telah menentukan syair yang indah. Tapi akan terasa di akhir. Entah di akhir ketika kita lahir walau keadaan itu adalah awal. Atau ketika kita melerelakan nyawa melayang walau itu sakit. Dan ketika akhir Pak Amil mengucap amin pada waktu selesai Ijab Qabul padahal itu Awal. Saya rasa itu sunatullah tapi prosesnyalah yang kadang kita merasa itu sangat tidak lajim. Apalagi ketika kekuatan dalam negri sudah tidak bisa merespon pada kenyataan yang di terima akal. Proses jodoh adalah tawakup diri. Proses jodoh merupakan titik nasib kedewasaan ilahi. Dimana kebiasaan merubah pola makan sehari hari akan berubah. Bahkan tidurpun dalam proses itu menjadi bagian dari makanan kadaluarsa.
Kita kembali pada proses pencarian jodoh itu. Wa joko memang belum nikah sampai kebun milik tetangganya sudah panen kayu raksamala dua kali. Bayangkan aja umur kayu raksamala paling bisa di panen dua puluh tahun. Jadi umur wa joko sekitar 40 tahun kurang lebih. Kenapa belum kawin ? .. Itu pertanyaan mendasar walau tidak terdengar tapi menyakitkan. Nikah atau kawin adalah titik sakral pertemuan dua kubu berlawanan. Yang kadang saling mengejar pada di awal. Tapi apakah permainan itu berlangsung tanpa arena pertempuran batin. Pasti. Sekejap mata pertempuran itu akan hilang ketika ijab qobul di lantunkan. Dan istilah jodoh baru terlihat bukan samar.
Jodoh itu peradaban moral yang tidak di ketahui orang. Jodoh itu perlawanan mental ketidak tahuan akan kapan datang. Sebab jodoh bukan milik kita. Bukan pula milik nasib. Tapi jodoh adalah milik tuhan. Dan tuhanlah yang berhak menemui sijodoh kapan dan siapa. Apa sekarang peran manusia dalam hal jodoh tadi. Manusia hanyalah setumpuk koran di lemari usang dan berdebu tidak layak di baca bila tidak ada yang jualan koran. Manusia seperti kendi di lemari hiasan hanya untuk di lihat dan di pamerkan maaf. yang ini untuk perempuan. Manusia hanya bisa mendekatkan kapan akhir dari pencarian untuk menemukan awal. Akhir ketik tuhan mempertemukannya di pelaminan.
Untuk anak muda yang tidak termasuk wa joko. Jadi berpikirlah proses dalam pencarian. Entah itu pencarian perempuan atau pencarian lelaki. Namun yang pasti jangan sekali kali penjual koran menjual koran pagi di malam hari. Takut nantinya jadi bungkus usam teri. Atau berarti di madu kepala desa takut istri
nice to share :)
ReplyDeletebudy | Travelling Addict
blogger abal-abal
www.travellingaddict.com
Wahh artikelnya menarik gan
ReplyDeletePost a Comment