Samar niat ibadah dan upah


Pagi dingin seorang santri mengumandangkan pengumuman "inalilahi wainailaihi rojiun" di mesjid dengan pengeras suara hingga terdengar ke telinga penduduk kampung. Agak siang dikit ibu ibu ramai di pinggir rumah bertanya tanya. Siapa yang meninggal karena saat di sebutkan nama si peninggal sedikit kurang keras. Islam memang penuh warna. Di kehidupan tatanan masyarakat pedesaan. Seiring perkembangan jaman tradisi tidak rapuh mesti sedikit ripuh mempertahankannya. Konsep komadun mendatangi para warga dengan senyum ramah dan menjanjikan niat yang bertopeng berkah dan pahala. Komadun seperti irama musik terdengar di kejauhan dengan lagu islami yang mendengung merdu. Komadun adalah tradisi mendung di saat kemiskinan meraba di kesempatan peluang rijki. Komadun di sebar di keislaman fanatik penganut para kiyai. Berbondong bondong para santri mengejar ilahi mencerminkan ibadah dengan niat seperti dua sisi yang berlainan. Sisi kehadiran pahala dan sisi kesempatan menerima imbalan. Semuanya memang kembali pada diri masing masing tapi ukuran cinta dan penghormatan kepada si mayit terlihat jelas dengan harta sepeninggalnya. Konteks niat menjadi tersamarkan ketika keberangkatan menambah ramai para undangan yang di karenakan harta dan orang terpandang. Nuansa keislaman terlampir di kain dan peci yang lalu lalang menghadiri pemakaman. 
Di sisi lain. Konsep komadun menjadi beban berat di tanggung keluarga yang pas pasan. Keluarga muslim yang serba kekurangan. Para ustadj berjejer tidak berdesakan yang hadir tampak lemas teu uyahan. Komadun menjadi tiang tinggi yang menengadah melihat dari bawah. Komadun seperti riak gemuruh terdengar ditelinga kegelisahan. Komadun tersimpan di angan angan. Dan alakadarnya. Mesti demikiankah konsep komadun. Sekeras bunyi gendang di tabuh di pasar dan kuburan. Tradisi menjadi hal pemikiran dua sisi. Tradisi menjadi beban di sisi kiri. Tradisi menjadi bagian agama yang kadang berat kadang ringan kadang suatu keharusan di laksanakan. Air mengalir dari sungai berbatu. Batunya diam tak bergeming ketika hujan di pagi ini berita duka terdengar di kepala warga. Kita bicarakan hal dimana teadisi menjadi bagian kehidupan agama yang tidak bisa di pisahkan dengan hal apapun. 

September 29. 2016

Post a Comment