Malam tak pernah mati. Ketika permainan kartu semakin memanas. Ocehan dan obrolan terpecah menjadi dua kubu. Karena jumlah pemain hanya empat orang. Sementara yang lain asyik mengoceh tentang keadaan negri ini yang semakin hari semakin tak menentu nasibnya. Obrolan mereka terus mengalir bagai banjir. Kadang bagai tsunami yang menerjang pantai pesisir. Kampung ini memang banyak dinamikanya, sama permasalahannya dengan kampung kampung lain di wilayah bogor barat yang tercinta tapi tak punya wakil bupati. Aku hanya terdiam sambil memegang sebatang rokok putih dan secangkir kopi hangat seduhan setengah jam yang lalu. Malam tetap berjalan. Kawan kawan semakin asyik menikmati rasa dingin yang menyentuh kaki. Kartupun di mainkan dengan gelak tawa dan kehangatan memecah kesunyian malam. Entah mengganggu para tetangga entah tidak. Tapi terasa berisik di telinga. Beginilah kehidupan malam yang tak pernah mati. Di pasar di sudut kampung dan di pos pos pinggir jalan dengan asap sisa pembakaran bekas kardus dan plastik toko sembako. Menghiasi kegelapan malam.
Wa joko datang berselimut tebal menghampiri api yang hampir padam mendekati untuk menyalakan sepotong rokok sisa tadi sore yang terselip di pinggir peci hitam yang usang. Aku menyaksikannya tanpa bergeming. Lantas ia mendekati pemuda yang asik bermain kartu. Dia melihat sebentar. Lalu akhirnya terlibat obrolan panjang.
Ada yang menarik perhatian wa joko dari obrolan mereka. Sehingga keluarlah ucapan dakwah dari seorang wa joko yang seolah geram. " sudah saya kaji dari dulu ketika rahmat yasin bupati korup itu di tangkap KPK. Pasti si wakil memanjat pohon kelapa jabatan dan enak tanpa di pungut biaya mahal. Itu suatu keberuntungan. Apalagi dia seorang perempuan setengah tua. Lemah dan tak berdaya. Saya rasa dia pesakitan dan mengharapkan ada keterwakilan. Sebab pemerintahannya sangat luas Tebentang. Tapi kenapa sampai detik ini dia tak punya wakil ?? ... Goermahduh yang tadi asyik menonton TV acara film 70 an. Ikut juga bicara. Sebenarnya wakil itu ada. Namun tidak terlihat oleh mata. Tidak terlihat oleh keinginan para elit politik di tatanan dewan. Tidak terlihat oleh ancaman burung dalam sangkar yang di kasih makanan serba enak. Burung yang masih bernyanyi dan nyanyiannya terdengar keras karena terlatih sudah lulus satu periode. Coba kamu bayangkan wa. Burung masih bernyanyi di dalam sangkar. Tutur goermahdoh sambil melepaskan asap roko ke udara bebas.
Malam semakin mendekati pagi. Angin menusuk semakin dingin. Akhirnya bubar pemain dan pengopi di telan lenyapnya kesunyian.
Habis malam tahun baru islam. Oktober 1. 2016
Post a Comment