Rasanya sudah lama aku tidak menulis, beberapa bulan ini Aku disibukan dengan masalah proyek yang tak pernah di kunjungi anggota dewan, apalagi Bupati kabupaten Pamijahan. kesibukan ini membuat aku merasa seperti di lagu-lagu india. atau tidak menentu. seorang teman pernah mendatangi rumah ku, dia sempatkan diri menerima tawaran untuk nginep dan berbincang mengenai masalah yang terjadi di Kabupaten ini. sudah jadi kebiasaan teman ku ini kalau sehabis shalat magrib suka ceramah tentang agama dan kepercayaan yang mulai luntur di era presiden ke tujuh dari partai yang katanya membela wong cilik. segelas kopi panas aku hidangkan dengan sedikit diaduk, awalnya aku tidak menyadari dari raut muka temanku ini tersimpan kesunyian yang dalam mengenai masalah yang sulit tengah di hadapinya. Aku masih menunggu apa yang ingin diceritakannya sambil menyalakan sebatang rokok kretek pemberian undangan tetangga hajatan. malam semakin larut ketika suara-suara gemerincik awal datang hujan menghiasi pendengaran kami. rupanya musim penghujan akan mulai di bulan ini, bulan pertengahan tahun politik,
temanku yang daritadi termenung mulai bicara, dan awal kata yang di ucapkannya hanyalah masalah waktu yang kian hari semakin tak menentu. ke empat anaknya yang dibawa pergi mantan istrinya dia tak pernah tau keadaanya sekarang, sementara dia hidup sendirian mendalami cara para pemikir jaman dahulu. mencoba membaca jaman yang kian suram, yang kian menderita seolah sudah tua sejarah ini ditulis ulang oleh sekawanan binatang kelaparan di tengah padang rumput hutan balai taman nasional. berulang ulang ia ceritakan masalah suatu negri yang di tanami tanaman peninggalan jaman belanda, yang setiap pagi pucuk daunnya di petik ibu ibu. yaitu suatu negri yang dia tinggalkan setelah huru hara pabrik mie instan yang menghebohkan awal tahun 2018 ini, negri itu sekarang seakan tidak hijau lagi bahkan seperti kering dari air penyejuk hati. ceritanya tak pernah meneteskan air mata. mungkin tuhan telah mencabut berkah di negri, itu katanya sambil menghisap rokok kecil beraroma menthol. masih ingat dalam ingatan dia, suatu janji yang dia yakini sudah tidak bisa di tepati atau bertanggung jawab akan keadaan yang terjadi setelah itu. setelah prahara yang tidak mungkin di tulis oleh sajak sajak penyair ternama dan sukar untuk dijelaskan, juga sukar untuk ditulis di buku sejarah.suara hujan deras mulai menghuni telinga kami dimalam ini, sementara para petarung sunyi di luaran sudah berkumpul di warung-warung rokok tempat mereka ngutang. Aku masih mendiami kekelaman bersama Dia yang dari tadi memegang kertas kosong, seolah tidak tahu apa yang akan ditulisnya.
bersambung.......
Post a Comment