Ketika Orang Baik Bunuh Diri


Aku Memiliki seorang sahabat yang baik budinya dan Aku sukai, Penampilannya membuatku kagum dan tutur katanya menyenangkan. Aku bersahabat dengannya dalam waktu cukup lama. Dia tidak pernah membuatku kecewa, sampai akhirnya kami kecewa. begitupun aku tidak pernah membuatnya kecewa, sampai akhirnya kami berpisah, Aku pergi ke luar negri. pada awalnya kami masih sering berkirim surat,kemudian kami putus komunikasi.

Ketika pulang ke atnah air, keinginan terbesarku adalah melihatnya, aku mencarinya di semua tempat dimana kami sering bertemu, akan tetapi aku tidak menemukan jejaknya. Akupun pergi kerumhnya. tentangganya bercerita bahwa dia telah lama pindah, Aku berdiri diantara perasaan optimis dan pesimis, bahwasanya aku tidak bisa lagi melihatnya setelah ini dan aku akan kehilangan dia selamanya.

Dalam Perjalanan pulang kerumah, Aku tersesat melalui jalanan gelap nan liar. Mungkin orang yang melihatnya akan berhayal bahwa itu adalah wilayah yang di huni oleh sebangsa jin, sebab disana tidak ada manusia sama sekali. Aku merasa sedang berenang dilautan, gelombangnya silih berganti datang dan pergi. ditengah jalan, Aku mendengar rintihan silih berganti dari salah satu rumah. rintihan ini mempengaruhi jiwaku, Akupun berkata “Aneh malam ini menyimpan beribu misteri “ Aku bersumpah bahwasanya setiap orang lain mengalami kesusahan, Aku pasti membantunya. Aku mencari jalan menujun rumah itu, kuketuk pintu pelan-pelan, tidak ada yang membukakan. kuketuk lebih keras lagi, seorang anak perempuan membukakan pintu, ditangannya terdapat bola lampu dan mengenakan pakaian koyak.
Aku bertanya kepadanya, “apakah di sini ada yang sakit”? “Ya cepat ayahku sedang sekarat katanya sambil mengeluarkan napas panjang. diapun berjalan didepanku dan aku mengikutinya. dia masuk ke kamar berpintu rendah. memasuki kamar ini, Aku merasa tidak masuk kesebuah kamar, akan teta[pi masuk ke dalam kuburan. Aku seperti menjenguk orang mati bukan orang sakit.
Dikamar itu ada seorang lelaki yang sedang terbaring, tubuhnya kurus tinggal tulang, napasnya ter engah-engah. kudekati dia dan kuletakan tangan ku dikeningnya, perlahan-lahan dia membuka matanya, dan memandangi wajahku lama sekali. ia membuka bibirnya, “Alhamdulilah, akhirnya aku menemukanmu Kawan, “ katanya dengan suara lemah. Aku merasa jantugku hampir copot. Aku telah menemukan sahabatku yang hilang, benar dia adalah sahabat yang aku kenal, akan tetapi aku tidak tahu kalau dia sakit.

“Ceritakan padaku apa yang terjadi. beritahu aku bagaimana keadaanmu. “ kataku. “Dengarkan Aku, “katanya. Kemudian dipun bercerita.

“ Sejak beberapa tahun Aku dan Ibu menempati sebuah rumah. disamping rumahku, tinggal seorangkaya raya. dia mempunyai seorang anak gadis yang cantik jelita. aku sangat mencintainya, dadaku sesak dengan luapan perasaan cinta dan rindu yang tidak terbendung. aku terus mengejarnya dan berusaha mendapatkannya, hingga akhirnya dia terjatuh dipelukanku. ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. saat kami dalam keadaan lalai dari Allah, setelah Aku berjanji akan menikahinya. atas nama cinta, dia menyerahkan mahkota kehormatannya kepadaku. sampai suatu hari, aku tahu diperutnya bersemayam seroang janin, buah dari hubungan kami. Aku bingung, Apa yang harus aku perbuat ? Akupun mulai menjauh darinya. aku putuskan hubungan kasih sauyang dengannya. aku tidak pernah datang kerumah tempat kami biasa bertemu. Aku sama sekali tidak peduli dengan keadaannya.

Tahun-tahun terus berlalu. suatu hari tukang pos membawa surat untuk ku. aku terima surat tersebut dan membacanya, ternyata surat dari gadis itu. didalam surat itu dia berkata,

“ Seandainya aku menulis surat ini kepadamu untuk memberbarui janji palsu dan cinta lama, niscaya aku tidak akan menulis satu katapun dan tidak mencoret satu hurup pun. karena aku yakin bahwa pria sepertimu ini adalah tipe pembohong, dan cintamu adalah cinta palsu, memang tidak pantas aku pedulikan dan sangat disayangkan jika mau diperbarui.
ingatkah kamu ? bagaimana kamu meninggalkanku, sedangkan diperutku ada bara api yang menyala dan janin yang bergerak ? kamu menyesali perbuatan mu, akan tetapi kamu takut menghadapi masa depan. kamu lari dariku, tidak mau peduli kepadaku, kamu tidak berani menyaksikan penderitaan yang kamu tanam dan tanganmu tidak mampu menghapus air mata yang kau biarkan mengalir deras.

Apakah setelah itu semua, aku masih sempat berpikir bahwa kamu adalah laki-laki mulia? tidak. Demi Allah, bahkan akupun tidak bisa yakin bahwa kamu adalah manusia. segala keliaran dan kekejaman terkumpul didalam hatimu. engaku berjanji akan menikahiku, akan tetapi kau ingkari janjimu, kau jilat ludahmu sendiri, kau melihat hatimu berkata, “ bagaimana mungkin kamu menikahi wanita hina. “ padahal kehinaan ini perbuatan dan kesalahanmu. seandainya tidak ada kamu, tidak mungkin aku menjadi wanita hina.

Engkau terus mengejarku, sampai akhirnya aku jatuh ditanganmu seperti anak kecil yang terjatuh di tangan orang yang lalim. kau renggut kesucianku. sehingga aku menjadi wanita yang berjiwa lemah dan berhati pilu yang selalu menantikan maut menjelang. apa indahnya hidup bagi seorang wanita tidak mampu menjadi seorang istri laki laki dan tidak mampu menjadi seorang ibu bagi anak. bahkan aku tidak mampu hidup dilingkungan ini kecuali aku selalu menundukan kepala, selalu gemetar karena takut akan penghinaan orang. 

Engkau telah merusak ketenanganku, engkau menghancurkan hidupku. engkau telah membunuh harga diri dan kehormatanku, bahkan engkau telah membunuh kedua orang tuaku, mereka meninggal karena terlalu sedih kehilanganku. engkau membunuhku karena hidup pahit yang aku minum dari gelasmu meracuni jiwa ragaku. Aku selalu berbaring diranjang kematian, seperti lalat yang nyawanya terbang satu persatu.

Aku kabur dari rumah orang tuaku karena aku tidak mempunyai kemampuan menghadapi rumah dan orang tuaku. Aku pergi kerumah yang tak terpakai dan hidup melarat. Aku bertobat kepada Allah, berharap semoga Allah menerima tobatku dan mengabulkan doaku. semoga Allah memindahkanku dari tempat kematian dan kesengsaraan menuju tempat yang penuh dengan kehidupan dan kebahagiaan.

bersambung....

cerita ini ditulis dalam buku karya Abdurrahman Bakkar dalam buku "Kisah Kisah Penggugah Jiwa"

1 Comments

Post a Comment