SIAPA MENANG DAN SIAPA SIAP SIAP KALAH


Ada yang bilang bahwa "yang paling menyakitkan itu adalah hampir menang”. Tahun ini adalah tahun politik dan segala dampaknya, dari orang yang cari muka, hingga orang yang cari posisi di akhir, kelihatan dari samar-samar kampanye di media solsial, bahkan adapula yang enjoy menikmati kontrak KPUD dan segala sosialisasinya. ada juga yang jadi penghianat mendekati setiap calon ingin di akui keduanya, bahkan momen-momen jadi alasan menulis proposal kegiatan berlabel kampanye terang-terangan. yang paling ketahuan yaitu mendukung untuk kepentingan nyaleg di tahun depan dan menaruh harapan mati-matian agar dapat dukungan dengan bahasa “bila menang” akan ini dan insya Allah menepati janji Si joni. 

Inilah pesta Nikahan Demokrasi Negri Parijajar, seutas tali yang terbuat dari melati dikalungkan kepada pengantin hasil hitung cepat yang belum tentu jadi upacara ijab kabulnya, karena penghulunya terlambat datang dan dicegat oleh kemacetan jalan. sementara sandiwara mulai di tebar di buat isu meresahkan para tamu undangan yang sudah dari tadi menunggu ditawari makan. lapar informasi yang akurat dan benar. tapi inilah jaman dimana mahalnya harga sebuah informasi yang benar dan mudahnya orang dibuat goyah oleh berita palsu dan menipu. 

Akhirnya yang menang tetap menang dan yang kalah hampir mau menang. Kita sebagai penipu yang tertipu, atau anda yang kuat dan punya niat ingin maju juga merasa ditipu oleh si penipu. semua jadi kalah dalam pesta tipu-menipu yang membawa bawa agama sebagai syair kampanye demokrasi. kita juga sebagai orang pinggiran yang tidak kelihatan bisa menilai dan berbuat ingin menilai mulai besuara dan berpendapat soal mereka yang ingin punya kedudukan diantara kami yang dianggap dipinggirkan, yang tersisih namun menentukan, yang terlempar namun jadi penentu nasib anda sebagai pembantu yang disamarkan jadi pemimpin alias bupati atau gubernur propinsi Parijajar Raya.

Pertanyaannya apakah anda siap kalah dalam dilema. atau menang dalam siap kalah menjauhi dilema dua sisi yang saling ingin meludahi dan menyudahi. mungkin sama-sama ingin menang atau mungkin sama-sama siap-siap kalah. tapi ada hikmah dari yang kalah dan ada beban dari yang menang. ada juga masalah dari yang kalah ada solusi dari yang menang, yaitu bayar hutang, mungkin lebih cepat dari yang menang, karena ada peluang. tapi bukan sebatas bisa bayar hutang dari si pemimpin namun harus juga bayar janji-janji yang jelas hutang pribadi hasil keliling tiap jum’at sambil membawa sajadah dan mukena kain sarung juga koko sabun mandi. 

Pesan kami dari para penipu pinggiran dan ornag tersisihkan hanya satu dari seribu harapan yang ingin di kabulkan dari sebuah kebijakan, yaitu tolong jangan jadikan kami penipu pesta Demokrasi di tahun depan. kami sudah lelah di tipu dan menipu diri kami sendiri, kami sudah lelah mendengar janji yang menipu dan dusta yang jadi bencana, kami sudah lelah mendengar siapa diantara kalian yang menang dan siapa diantara kalian yang siap-siap kalah. dan kalian membayar sekumpulan orang-orang yang membuat kami kebingungan dan terus bertanya siapa yang menang dan siapa yang siap-siap kalah.

Post a Comment