"Simpang siur itu semakin hari semakin siur serta nyimpang, misterius seperti bayangan di kelamnya malam. dari kebijakan menyimpan sebagian, sampai keberadaanya ditahan tahan. pelakunya masih juga samar saling tuduh diantara para penggemar uang haram, mungkin sebagian dari kita ada yang masih penasaran, terutama sang mantan yang belum kebagian, yang selalu menyuarakan kebenaran idealisme yang di umbar ke permukaan. Bonus itu hanya sebagian yang kebagian, suaranya terdengar dari timur sampai ke barat utara bahkan selatan. kecemburuanpun seperti suara petasan di tahun baru yang diharamkan, atau seperti suara burung bangkai di tengah peperangan. dari hari bulan hingga tahun akan terus seperti itu, walaupun itu hanya perkiraan, bahkan ada yang enggan mengatakan jika cair akan beli kendaraan"
Kumpulan kalimat itu tertuang di pikiranku setelah beberapa informasi media online memuat berita tentang Bonus Produksi Star Energy yang jadi sorotan para pahlawan perang kota tua bekas jajahan Belanda, tepatnya di kecamatan pamijahan ujung barat perbatasan sukabumi bogor, namun mengingat tulisan di dibuat berasal di tanah jajahan ini, tidak sama sekali penulis untuk mengkritisi kebijakan pemerintahannya, namun dampak yang dirasa nanti adalah seburuk buruk musibah, karena ketika kami menerima Bonus itu maka nanti tidak adanya pertanggung jawaban pihak perusahaan terhadap daerah AMDAL sekitaran operasi perusahaan tersebut. itu mungkin tidak logis, namun dilihat dari undang undang Migas dan coreng hitam Lapindo Brantas di tanah sidoharjo hingga terjadi luapan lumpur menutupi rumah tempat tinggal, adalah tolak ukur dijadikannya aturan pemberian Bonus Produksi bagi wilayah sekitaran operaasi perusahaan Migas.
Walaupun Dibalik aturan ada kebijakan yang mendominasi keputusan sepihak, kembali lagi kepada kita sebagai masyarakat dengan suaranya yang lantang berteriak atau dengan suara sumbang di ruangan tulisan. itu metode yang bisa dilakukan dengan anggapan kekeliruan beberpa pihak yang berkepentingan, namun setiap ukuran kepekaan sosial ada sebilah pedang yang siap di tebaskan kapan saja, atau bertindak melebihi kemampuan kita dalam menyuarakan idealisme kebenaran.
Kembali lagi ke laptop setelah menunaikan kewajiban menghadap Tuhan dipermulaan awal malam. Bonus Produksi, saya harus menyingkatnya jadi BP karena sudah lelah jari menulis artikel untuk merubah tatanan umat manusia. sungguh tugas yang berat, tapi ada pepatah mengatakan "satu peluru hanya bisa membunuh 1 prajurit, tapi sebuah karya tulis mampu membunuh jutaan umat manusia" mungkin dari situlah terbesit cita-cita yang enggan muncul kepermukaan dan takut dianggap melawan arus perdaban. sungguh cita cita yang luhur menembus Planet Mercurius Mars Jupiter dan Mang Unus. Kita kembali bahas BP yang di singkat tadi, tapi jangan ehh bukan di SUNNAT yaa walaupun ada Dugaan, tapi jangan salah definisi. BP, adalah uang hasil pemberian perusahaan Migas. terutama yang bergerak dibidang Panas Bumi ingat ya Panas Bumi bukan panas dipologami. BP jelas undang-undangnya ada, dan itu merupakan sebuah rezeki bagi daerah sekitaran perusahaan, pemanfaatannya tergantung suara orang banyak, entah banyak suara atau entah banyaknya kebutuhan terbanyak, itu diluar besaran nominalnya, namun ada baiknya kita melihat dari sudut pandang yang berbeda dan juga solusi terbaik kalau ingat kita punya keturunan anak cucu cicit buyut butek seabreg di kemudian hari.
BP, yang berbentuk nominal sangat mungkin sekali dipergunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar yang terkena AMDAL dengan berbagai program yang tepat sasaran, contoh bikin warung-warung koperasi atau bikin lembaga simpan pinjam syariah, yang pasti bukan virus Bank Emok yang menjalar liar di akar rumput pinggiran jalan, bisa juga dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan, hingga nantinya tercipta wirausaha wirausaha yang menggerakan perekonomian. itu menurut saya. dalam artian sesingkat mimpi tidur siang bangun sore, tapi bukan sebuah acuan yang dianjurkan, adakalanya pemikiran mengenai Uang BP di sertakan juga Pemikiran dampak sipenerimanya, bahkan penerima yang terhormat yaitu para pemangku kebijakan. dalam artian "itu uang kami, hak kami anda pasti tutup mata ketika dampak lingkungannya kami yang jadi korban, anak cucu keturunan kami". terlalu emosional ampuni Tuhan disaat bersamaan Adjan Isya berkumandang sahut-sahutan.
Post a Comment